Harianjogja.com, JOGJA—InDrive, perusahaan teknologi global menggelar Festival Film Alternativa untuk mendorong perubahan sosial positif melalui dunia perfilman.
Festival yang digelar sejak 22-28 November 2024 di Jogja itu menampilkan 25 film terbaik dari seluruh Asia yang mengangkat isu-isu sosial relevan seperti ketidaksetaraan gender, identitas, dan hak-hak disabilitas.
Festival Film Alternativa bukan sekadar ajang pemutaran film. Acara ini dirancang sebagai platform bagi para pembuat film independen untuk berbagi cerita dan menginspirasi perubahan.
Dengan memfasilitasi diskusi terbuka antara pembuat film, penonton, dan para ahli, festival ini menciptakan ruang dialog yang produktif. “Kami percaya bahwa film memiliki kekuatan untuk mengubah persepsi dan mendorong tindakan,” ujar Wahyu Ramadhan, Communication Manager inDrive Indonesia, Sabtu (13/11/2024).
“Melalui festival ini, kami ingin memberikan wadah bagi para sineas untuk menyuarakan kisah-kisis yang seringkali terpinggirkan dan menginspirasi audiens untuk ikut terlibat dalam menciptakan perubahan sosial,”jelasnya.
Selain pemutaran film, Festival Film Alternativa juga menyelenggarakan Industry Days, sebuah program intensif yang dirancang untuk memberdayakan para sineas baru.
Program ini menghadirkan para ahli industri film dari dalam dan luar negeri yang berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka. “Industry Days bertujuan untuk membekali generasi muda sineas dengan keterampilan dan jaringan yang mereka butuhkan untuk sukses di industri film,” tambah Wahyu.
“Kami ingin menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan perfilman Indonesia.”
BACA JUGA: Festival Film Berlin Memutuskan Tidak Lagi Memakai Platform X
Adapun, berbagai kegiatan yang dilangsungkan selama festival ini, yakni pemutaran film gratis, diskusi panel, Industry Days, dan kolaborasi global.
InDrive optimistis terhadap masa depan perfilman Indonesia. Perusahaan ini berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan ekosistem film lokal dengan memberikan akses terhadap sumber daya, pelatihan, dan jaringan.
“Kami melihat potensi besar bagi perfilman Indonesia untuk bersaing di tingkat global. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas kreatif, kita dapat mewujudkan mimpi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat perfilman yang diakui dunia.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News