Harianjogja.com, SLEMAN—UGM akhirnya memutuskan untuk merobohkan bangunan Gama Bookstore yang berada di Jalan Kaliurang. Bangunan itu lama mangkrak sebelum akhirnya dibongkar.
Ekskavator tampak berada di rooftop Gama Bookstore yang terletak Jl. Persatuan. Jaring-jaring dipasang mengelilingi bangunan yang berada di kompleks Gelanggang Inovasi Kreasi (GIK) UGM tersebut.
Rencananya, bekas lahan Gama Bookstore akan digunakan untuk area lanskap GIK.
Alat berat dan jaring-jaring itu digunakan untuk merobohkan bangunan yang sudah berdiri puluhan tahun tersebut.
Meski termasuk bangunan megah di awal-awal pembangunan, Gama Bookstore tak bisa dipakai maksimal karena sejumlah masalah. Kini nasibnya lebih tragis, akhirnya dibongkar.
Muji, pedagang kelontong yang ada di sisi selatan Gama Bookstore, menjadi saksi perjalanan bangunan tersebut. Muji mengaku sudah membuka usaha jauh sebelum Gama Bookstore berdiri.
Sejak 2008 jualan di area tersebut, Muji merekam beragam momen yang terjadi di lokasi tersebut. Dari mulai sebelum dibangun, sudah jadi, hingga hendak dirobohkan. Muji berkisah sebenarnya bangunan tersebut pernah dipakai beberapa tahun lalu.
Lantai paling bawah Gama Bookstore kata Muji, sempat digunakan untuk area perkantoran. “Pernah dipakai tapi yang di bawah, kantor, [cuma] sebentar,” ucap dia, Selasa (5/11/2024).
Aktivitas yang pernah Muji saksikan beberapa kali digelar di area Gama Bookstore justru kegiatan syuting. Dari gerobak warungnya, suasana Gama Bookstore yang biasanya senyap terlihat ramai ketika ada proses syuting. “Pernah [ada syuting], pernah lihat buat syuting film,” ungkapnya.
Kalau tidak keliru, menurut hitungan Muji, Gama Bookstore pernah dipakai syuting setidaknya 2-3 kali. Sekali syuting biasanya bisa berlangsung 10-15 hari. “Tahu [dari sini] ada syuting ramai-ramai,” katanya.
BACA JUGA: Puluhan Tahun Terbengkalai, Bangunan Gama Bookstore Akhirnya Dirobohkan Tahun Ini
Soal kebenaran apakah lokasi itu juga pernah dipakai untuk acara Uji Nyali, Muji sendiri tak pernah melihat atau mendengar digelarnya aktivitas tersebut. “Kalau uji nyali enggak,” ungkapnya.
Meski sudah “tinggal” bertahun-tahun di area itu, Muji mengaku tak berani menapakkan kakinya jauh ke dalam bangunan tersebut. Pernah sekali Muji berniat mengambil air wudlu. Namun ketika masuk ke bangunan tersebut sekalipun di lantai paling dasar, Muji merasakan suasana di sana sangat gelap.
“Ya pernah [sekali masuk] tapi cuma di bawah. Cuma mau ngambil air buat wudhu, gelap terus takut enggak jadi. Kalau salat di sini bawa air dari rumah,” jelasnya.
Kendati demikian Muji tak pernah merasakan fenomena ganjil selama 16 tahun berjualan di situ.
Muji mendengar informasi perobohan bangunan Gama Bookstore belum lama ini.
Dia yang tak tahu menahu akan polemik yang mendera gedung tersebut menilai sayang bila bangunan setinggi dan sebesar itu dirobohkan.
Beberapa pekerja proyek kadang juga jajan melarisi dagangan Muji. Biasanya mereka beli rokok dan kopi, jika siang hari ya beberapa di antaranya beli minuman es saat siang terasa terik. “Ada yang jajan, ada yang enggak, kan cuma sedikit. Soalnya pakai alat berat,” ungkapnya.
Tinggal di Dalam
Amat salah seorang pekerja salah satu warung kuliner di dekat Gama Bookstore, pun mengaku belum pernah mengalami kejadian ganjil. Menurutnya, selama ini hanya satu orang yang tinggal di dalam bangunan tersebut.
Orang itu adalah pekerja warung angkringan yang tidur di Gama Bookstore sehabis berjualan. Sebelum diambil alih UGM, bangunan itu juga kadang dijadikan tempat penitipan gerobak para pedagang.
“Selama belum dipegang UGM, dulu masih dipegang kontraktor itu masih bisa keluar masuk. Satu orang saja yang tidur. Terus banyak yang nitip gerobak, semenjak mau dirobohkan itu enggak boleh, steril.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News